Senin, 25 September 2017

Kasih Allah kepada Yunus

Beberapa minggu ini di sekolah minggu kami membahas tentang Yunus, seorang nabi ajaib bin aneh yang berani-beraninya lari dari Tuhan. Sejak dulu ketika saya membaca kitab Yunus, saya selalu merasa aneh dengan tingkah Yunus, nabi gak nih?????? Kok sudah tahu Tuhan harus menjadi pusat kehidupan tetapi malah ingkar? Tapi pada kenyataannya Yunus memang nabi, nabi bandel yang lari dari Tuhan.  Saya juga sedikit merasa aneh, kenapa Tuhan menunggu Yunus untuk melakukan pemberitaan injil di Niniwe. Jadi tulisan ini berisi tentang refleksi saya terhadap tindakan Yunus dan kasih Allah. Karena ini refleksi jadi sedikit subjektif, hehhehe

Cerita Yunus dibuka dengan firman Tuhan kepada Yunus berbunyi
"Datanglah firman Tuhan kepada Yunus bin Amitai, demikian: "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang bersar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku" (Yunus1:1-2)

Apa yang Yunus lakukan? dia kabur bukannya ke Niniwe tetapi malah ke Tarsis. Yunus tidak rela kalau penduduk kota Niniwe selamat (Yunus 4: 1-3), Yunus pun dihukum Tuhan, dibuang ke laut dan ada di perut ikan selama 3 hari. Yunus mengaku dosa, minta ampun dan pergi ke Niniwe. Apa yang unik adalah Yunus ogah-ogahan berkotbah kepada penduduk kota Niniwe, bahkan dia menyesal berkotbah kepada mereka,karena mereka jadi selamat dan tidak dihukum. Yunus marah kepada Tuhan dalam doanya:
"Ya Tuhan, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetakan yang hendak didatangkanNya. Jadi sekarang, ya Tuhan, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup"

Yunus lebih rela mati dibandingkan Niniwe selamat. Saya berpikir mungkin sejak awal Yunus ke Tarsis dia sudah rela dihukum. Yunus mungkin memang sangat membenci Niniwe dan merasa bahwa mereka pantas dihukum. Yunus bisa jadi mengalami akar pahit kepada Niniwe. Dilihat dari sejarah, Yunus adalah Nabi dari Israel Utara, sementara kota Niniwe adalah bangsa Asyur yang begitu kejam. Israel utara dijarah  dan dihancurkan oleh bangsa Asyur. Bisa jadi dalam kejadian penghancuran tersebut Yunus mengalami penderitaan melihat Israel Utara yang hancur, kehilangan sanak saudara dan melihat penderitaan orang di sekelilingnya. Mungkin bagi Yunus, tidak adil orang yang sudah melakukan hal-hal yang mengerikan tersebut tidak mendapatkan penghukuman. Sangat sulit bagi Yunus untuk melakukan hal tersebut. Sehingga di ending kisah, Yunus 4, Yunus ngambek sama Tuhan.

Tapi Allah tidak membiarkan Yunus begitu saja. Sama seperti ketika Yunus berusaha lari ke Tarsis, Allah memberikan badai di kapal dan membuat Yunus dalam perut ikan. Allah menyadarkan Yunus akan kondisinya ketika di perut ikan, sehingga Yunus menyadari dosanya. Kali ini Allah memakai pohon Jarak untuk mengajari Yunus tentang kasihnya kepada Niniwe. 

Dalam pembacaan kitab Yunus, saya kerap kali bertanya kenapa Allah harus memakai Yunus? kenapa bukan nabi yang lain. Saya semakin menyadari Allah adalah Allah yang menginginkan setiap anak-anakNya bertumbuh, Allah tentu tahu perasaan dan pemikiran Yunus, betapa sulitnya bagi Yunus untuk pergi ke Niniwe. Tapi Allah menginginkan Yunus juga mengerti perasaan Allah kepada Niniwe, Allah juga mungkin menginginkan Yunus melepaskan kebenciannya kepada Niniwe, Allah ingin mengajarkan arti kasih kepada Yunus. Allah ingin Yunus belajar, menunggu Yunus dan mengharapkan Yunus mengasihi Niniwe. Beberapa kali Allah menunjukkan kelemah-lembutannya dengan Yunus seperti pada saat Yunus di perut ikan, bahkan dialog antara Yunus dan Allah dalam pasal yang terakhir, selayakknya orangtua yang mengajari anaknya. Awalnya saya mengira kalau Yunus tidak memiliki pengenalan yang benar tentang Allah, tetapi bisa jadi tidak. Karena dialog antara Allah dan Yunus begitu intens, bahkan Yunus mengerti maksud Allah terhadap Niniwe. Yunus sedang sulit mengalahkan keegoannya. Yunus seperti potret kondisi kita yang dalam kedagingan. 

Ada kalanya kita dalam fase kelemahan dan enggan melakukan perintah Tuhan, entah karena ketakutan, kebencian, atau apapun, fase dimana kita menyerahkan diri kepada kedagingan, karena begitu sulitnya melakukan perintah Tuhan. Allah mengetahui kondisi setiap kita pribadi. Tetapi hal yang Allah lakukan bukanlah membiarkan kita dengan luka-luka kita, rasa marah, rasa takut atau pemikiran yang menghalangi kita bertumbuh dewasa tetapi membiarkan beberapa peristiwa kehidupan kita untuk mengajarkan kita, Allah mengharapkan kita mengerti maksudnya bagi kita dan maksud Allah untuk dunia. Kadang kala begitu keras seperti badai di kapal Yunus dan kadang dengan lembut mengajarkan kita seperti kisah Yunus dan pohon Jarak. Itulah bentuk penyertaan Tuhan

Kisah ini ditutup dengan tulisan:
"Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak"(Yunus 4:10-11)

Allah bukan mengharapkan penghukuman saja kepada setiap bangsa karena dia mengasihi Yunus dan Niniwe. Dibanding penghukuman, Allah mengharapkan pertobatan. Relakah kita tidak menghakimi saudara kita dan mengasihi saudara yang tidak kita kasihi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar